DASAR-DASAR
ORGANISASI
(Sutarto
– 2012)
Disusun guna memenuhi salah satu
tugas mata kuliah ilmu organisasi
Dosen :
Marita Ahdiyana SIP, M.Si

Oleh:
Isabel
Anjani
15417141035
A
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2015
ASAS–ASAS ORGANISASI
A.
PENDAHULUAN
Setiap organisasi baik organisasi
pemerintah maupun organisasi swasta tentu menghadapi masalah bagaimana
organisasinya dapat berjalan dengan baik. Agar organisasinya dapat bejalan
dengan baik dan struktur organisasinya bisa efisien haruslah melaksanakan
asas-asas organisasi. Umumnya suatu organisasi selalu menghadapi masalah dengan
para pejabat yang bekerja didalamnya karena itu sangat diperlukan kesadaran dan
menguasai asas-asas organisasi dalam prakteknya oleh para pejabat.
B. PENDAPAT TENTANG MACAM-MACAM ORGANISASI
1.
James
D. Mooney & Alan C. Reily
a.
The coordinative
principle (asas
koordinasi)
b.
The scalar
principle (asas
jenjang)
c.
The functional
principle (asas
penyusunan fungsi)
d.
The staff
principle (asas
staff )
2.
L.P
Alford & H. Russel Beatty
a.
Principle of
objective (asas
tujuan)
b.
Principle of
authority and responbillity (asas wewenang dan tanggung jawab)
c.
Principle of
ultimate authority (asas
wewenang pokok)
d.
Principle of
assigment to duites (asas
penugasan kewajiban-kewajiban)
e.
Principle of
definition (asas
definisi)
f.
Principle of
homogenety (
asas kesamaan)
g.
Principle of
organization effectiveness (asas efektivitas organisasi)
3.
Louis
A. Allen
a.
Objectives (tujuan)
b.
Distribution of
function (pembagian
fungsi)
c.
Responbility and
authority (tanggungjawab
wewenang)
d.
Delegation (pelimpahan)
e.
Supervision (pengawasan)
f.
Control (kontrol)
4.
W.
Warren Haynes & Joseph L. Massie
a.
Unity of command
(kesatuan
perintah)
b.
Span of control (rentangan
kontrol)
c.
The exception
principle (asas
pengecualian)
d.
The scalar
principle (
asas jenjang)
C. PENDALAMAN BEBERAPA ASAS ORGANISASI
Tujuan adalah suatu kebutuhan manusia
baik rohani ataupun jasmani yang dicapai dengan kerjasama sekelompok orang. Tujuan
yang dirumuskan dengan jelas akan mudah untuk dijadikan sebuah pedoman dalam
menetapkan haluan organisasi, pemilihan bentuk organisasi, dan pembentukkan
struktur organisasi.
Tentang pentingnya perumusan tujuan
ini dalam buku Guiding Principles of
Public Admnistration ( Dasar-dasar Petunjuk dalam Administrasi Negara)
disebutkan sebagai berikut:
1.
Organisasi
tanpa tujuan tak ada artinya dan hanya merupakan penghamburan uang belaka.
2.
Organisasi
berdiri untuk mencapai hasil-hasil tertentu.
3.
Dasar
dari organisasi terletak pada maksud dan tujuan yang telah ditentukan.
4.
Maksud
dan tujuan organisasi harus selalu ditinjau oleh kekuasaan yang lebih tinggi.
5.
Tujuan
organisasi harus dimengerti dan diterima oleh para pegawai dan dicamkan
sedalam-dalamnya dalam jiwa mereka.
Sehubungan dengan asas perumusan
tujuan yang jeas Henry G. Hodges mengatakan; “ Suatu pernyataan tujuan yang
jelas dan lengkap adalah suatu pendahuluan yang diperlukan untuk semua
aktivitas. Karena organisasi adalah suatu alat untuk mengurus usaaha, tujuan
dari usaha itu harus dirumuskan dengan jelas sebelum organisasi meluai
berjalan.”
Rumusan tujuan yang jelas
dikemukakan secara singkat oleh Douglas McGregor bahwa tujuan yang efektif
menambah semangat semua anggota organisasi untuk bekerja kearah tujuan yang
sama. Dalam merumuskan tujuan organisasi hendaknya diperhatikan adanya
pengertian ketunggalan tujuan dan tahap-tahap tujuan. Ketunggalan tujuan
sendiri adalah organisasi sebagai keseluruhan serta masing-masing satuan organisasi
harus memiliki kebutuhan jasmani dan rohani yang diusahakan dicapai oleh
seluruh organisasi.
Tahap-tahap tujuan adalah urutan
keselurahan kebutuhan baik jasmani maupun rohani yang diusahakan untuk dicapai
oleh suatu organisasi sehingga dengan jelas manakah tujuan pokok yang
didahulukan dan tujuan tambahan yang dicapai berikutnya. Tujuan pokok adalah
kebutuhan jasmani dan rohani yang menjadi dasar pembentukan organisasi. Tujuan
tambahan adalah kebutuhan jasmani dan rohani yang harus dicapai karena sebagia
tujuan pokok telah dicapai.
Selain tujuan pokok dan tujuan
tambahan dikenal juga tujuan jangka pendek, tujuan jangka madya, tujuan jangka
panjang dan ada pula tujuan segera, tujuan yang dapat dicapai, tujuan khayal.
Setiap orang dalam organisasi biasanya telah menyiapkan tujuan individu dan
tujuan organisasi. Menurut Herbert G. Hicks ada 5 macam hubungan antara tujuan
individu dengan tujuan organisasi, yaitu:
1.
Totally opposing
(bertolak
belakang)
2.
Partialy
opposing (berbeda
sebagian)
3.
Neutral (netral)
4.
Compatible (dapat
didekatkan atau hampir sama)
5.
Indentical (tepat sama)
Dalam suatu organisasi terdapat pula
istilah Departemenisasi atau aktivitas untuk menyusun satuan-satuan organisasi
yang akan diserahi bidang pekerjaan atau fungsi tertentu. Dari segi kedudukannya
dalam struktur organisasi satuan organisasi dibedakan menjadi 2 macam yaitu
satuan utama dan satuan lanjutan. Satuan utama adalah satuan yang berkedudukan
langsung dibawah pimpinan. Satuan lanjutan adalah satuan yang berkedudukan
dibawah satuan utama.
Dalam melakukan Departemenisasi perlu
adanya memperhatikan beberapa macam dasar departemenisasi seeperti
Departemenisasi berdasarkan fungsi, Departemenisasi berdasarkan produksi,
Departemenisasi berdasarkan rangkaian kerja, Departemenisasi berdasarkan
langganan, Departemenisasi berdasarkan jasa, Departemenisasi berdasarkan alat,
Departemenisasi berdasarkan wilayah, Departemenisasi berdasarkan waktu,
Departemenisasi berdasarkan waktu, Departemenisasi berdasarkan jumlah,
Departemenisasi satuan organisasi khusus, dan Departemenisasi matrix.
Pedoman-pedoman yang harus
diperhatikan dalam melakukan pembentukkan satuan-satuan organisasi:
a.
Pengelompokkan
segenap aktivitas kedalam satuan organisasi semaksimal dan seminimal mungkin
berdasarkan kesamaan pelaksanaannya.
b.
Menitik
beratkan terciptanya fungsi yang bersatupadu yang membuat organisasi
kecil-kecilan semakin sedikit.
c.
Perluasan
aktivitas yang wajar pada tahap pertama agar tidak terjadi pengembangan
struktur organisasi yang tidak efisien.
d.
Setiap
aktivitas yang dilakukan oleh satuan organisasi yang telah ada hendaknya tidak
ada penyusunan badan-badan khusus lain sehingga tidak menimbulkan satuan
organisasi kembar.
e.
Penambahan
atau pengurangan satuan organisasi harus berdaskan volume kerja shinnga
memperkecil kemungkinan pembentukkan satuan organisasi berdasarkan keinginnan.
f.
Satuan
kerja organisasi hendaknya dikelompokkan menurut pembagian fungsi umum dalam
organisasi.
Ada macam-macam satuan organisasi
yang dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1.
Satuan
pimpinan
2.
Satuan
haluan
3.
Satuan
operasi
4.
Satuan
komersial
5.
Satuan
penataan
6.
Satuan
kontrol
7.
Satuan
konsultasi
Satuan organisasi menurut Kep.Pres.
No. 44 tahun 1974 sebagai berikut:
1.
Unsur
pimpinan: Menteri
2.
Unsur
pembantu pimpinan: Sekretariat Jendral
3.
Unsur
pelaksana: Direktorat Jendral
4.
Unsur
pengawasan: Inspektorat Jendral
5.
Unit
organisasi lain dan staff ahli
6.
Instansi
vertikal
Dalam satuan organisasi dikenal
sebutan Nomenklatur atau istilah yang dipakai untuk menyebutkan satuan
organisasi yang dicantumkan didepan nama satuan organisasi. Tujuan menggunakan
Nomenklatur yang tepat adalah:
a.
Dapat
mengetahui fungsinya
b.
Menghindari
penggunaan sebutan satuan organisasi berdasarkan kesenangan belaka.
c.
Menghindari
terjadinya Biro didalamnya dibentuk seksi-seksi.
Dalam organisasi
pemerintah terdapat berbagai macam sebutan untuk satuan organisasinya sebagai
berikut:
a.
Satuan
Pimpinan : Presidium
b.
Pimpinan
: Presiden, Direktur
c.
Satuan
Haluan : Majelis, Dewan, Senat
d.
Satuan
Operasi : Direktoratjendral, Direktorat, Seksi
e.
Satuan
Komersial : Perusahaan Jawatan, Perusahaan Umum
f.
Satuan
Penataan : Sekretariatjendral, Biro, Bagian, Subbagian
g.
Satuan
Kontrol : Inspektoratjendral, Inspektorat, Subinspektorat
h.
Satuan
Pemerintah Daerah : Inspektoratdaerah, Inspektorat, Subsinspektorat
i.
Satuan
Konsultasi : Konsultariat, Subskonsultariat
Sebutan satuan
organisasi dibawah satuan utama pada Departemen menurut Kep.Pres. No.44 Tahun
1974:
a.
Satuan
organisasi dibawah Sekretariatjendal : Biro, Bagian, Subbagian
b.
Satuan
organisasi dibawah Direktoratjendral : Direktorat, Subdirektorat, Seksi,
Sekretariat Direktoratjendral, Bagian, Subbagian
c.
Satuan
organisasi dibawah Inspektoratjendral : Inspektur, Inspektur Pembantu,
Pemeriksa, Sekretariat Inspektoratjndral, Subbagian
d.
Satuan
organisasi dibawah Badan : Pusat, Bidang, Subbagian, Sekretariatbadan, Bagian,
Subbagian
e.
Satuan
organisasi dibawah Pusat : Bidang, Subbidang, Bagian, Subbagian
f.
Satuan
organisasi dibawah Kantor Wilayah Tingkat I : Bidang, Seksi, Bagian Tatausaha,
Subbagian
g.
Satuan
organisasi Kantor Wilayah Tingkat II :
Seksi, Subseksi, Subbagian Tatausaha, Urusan
Sebutan satuan
organisasi pada Universitas :
a.
Satuan
pimpinan : Presidium, Direktorium
b.
Pimpinan
: Rektor (Universitas), Dekan (Fakultas), Direktur
c.
Satuan
haluan : Senat Universitas
d.
Satuan
operasi : Fakultas, Kompartemen, Lembaga, Balai
e.
Satuan
penataan : Sekretariat Universitas, Biro, Bagian, Subbagian
f.
Satuan
kontrol : Inspektorat Universitas, Inspektorat, Subinspektorat
g.
Satuan
konsultasi : Konsultariat, Subkonsultariat
Namun agar
satuan organisasi dapat menertibkan penyebutan satuan organisasinya diperlukan
adanya mempelajari kembali aktivitas utama dari satuan organisasi yang
bersaangkutan tersebut. Dalam sebuah organisasi tidak semuanya harus memulai
penyebutan satuannya dari Direktoratjendal sampai subseksi untuk organisasi
yang kecil atau belum memiliki banyak aktivitasnya bisa dimulai dari seksi
sampai dengan subseksi.
Suatu
organisasi dapat dipastikan mempunyai sebuah pembagian kerja untuk
satuan-satuan organisasinya. Pembagian kerja sendiri dapat dihubungkan dengan
pejabat maupun satuan organisasi, pembagian kerja dapat diartikan menjadi 2
macam yaitu :
·
Pembagian
kerja adalah rincian serta pengelompokkan aktivitas-aktivitas kerja yang
hubungannya erat dengan satu sama lain untuk dilakukan oleh satuan organisasi
tertentu.
·
Pembagian
kerja adalah rincian seta pengelompokkan tugas-tugas yang erat hubungannya
dengan satu sama lain yang dilakukan oleh pejabat tertentu.
Dalam melakukan
suatu pembagian kerja harus memperhatikan beberapa hal sebagai berikut :
Ø Memiliki daftar
rincian aktivitas yang jelas dan tertulis
Ø Memiliki daftar
rincian tugas yang jelas untuk pejabat dari pucuk pimpinan hingga pejabat
paling rendah
Ø Memberikan
jumlah beban tugas kepada pejabat minimal 4 macam dan maksimal 12 macam agar tidak
mudah bosan
Ø Memvariasikan
tugas untuk pejabat yang masih berhubungan dengan tugas yang dijalankannya
Ø Memberikan beban
aktivitas kepada para pejabatnya dengan sama rata
Ø Penempatan
jabatan yang tepat
Ø Penambahan dan
penguragan pegawai sesuai dengan volume kerja
Ø Membagi tugas
tanpa mengurangi tanggugjawab pokok dari pejabat
Ø Penggolongan
tugas
Ø Memperhatikan
dasar dari pembagian kerja
Ø Para pejabat
wajib memiliki daftar rincian tugas atau rincian aktivitas
Koordinasi
adalah sebuah pengaturan usaha sekelompok orang secara teratur untuk
menciptakan kesatuan tindakan dalam mengusahakan tercapainya suatu tujuan
tertentu. Pengertian tentang koordinasi tersebut dijabarkan oleh James D.
Mooney. Koordinasi dapat dipersempit lagi pengertiannya yaiitu menjadi Keselarasan,
dalam suatu organisasi diperlukan suatu keselarasan antara aktivitas antar
satuan organisasi atau keselarasan tugas antar pejabat.
Kurangnya
koordinasi dapat terlihat dari gejala-gejala tertentu seperti para satuan
organisasi akan saling bertengkar, saling melemparkan tanggungjawab kepada
pihak lain, dan juga pencapaian tujuan organisasi tidak berjalan lancar karena
suasana organisasi terasa kacau. Maka dari itu koordinasi sangat dibutuhkan
dalam organisasi karena dapat dihindarkan timbulnya pertentangan, menghindari
terjadinya peristiwa waktu menunggu, menumbuhkan perasaan saling membantu antar
pejabat, dan juga menjamin adanya kesatuan tindakan antar pejabat.
Dalam asas
organisasi terdapat pelimpahan wewenang. Pelimpahan wewenang sendiri adalah
penyerahan sebagian hak untuk pejabat untuk mengambil tindakan yang diperlukan
agar tugas dan tanggungjawab dapat dilaksanakan dengan baik. Jadi ditegaskan
bahwa pelimpahan wewenang adalah penyerahan hak dari pejabat kepada pejabat.
Dalam
melimpahkan wewenang perlu memperhatikan beberapa hal seperti Batas wewenang, Tanggungjawab,
Keseimbangan anatr tugas, tanggungjawab, dan wewenang, Kemauan memperhatikan
pendapat dari pejabat yang menerima limpahan, Mempercayai pejabat yang diserahi
wewenang, Membimbing pejabat yang diberi wewenang, dan Melakukan pengontrolan.
Saat memberikan
wewenang perlu diperhatikan saat-saat yang tepat, menurut Donald A. Liard &
Eleanor C. Laird saat yang tepat adalah sebagai berikut:
a.
Apabila
pimpinan dan bawahan telah siap secara mental
b.
Apabila
ada tambahan pegawai baru
c.
Apabila
ada bawahan yang berhenti
d.
Apabila
ada organisasi atau satuan organisasi baru
e.
Apabila
memberikan kewajiban-kewajiban baru
f.
Apabila
ada kenaikan pangkat
g.
Apabila
pengunduran diri telah mendekat
Meskipun asas
pelimpahan wewenang itu sangat penting namun dalam prakteknya masih belum
berjalan dengan baik. Pelimpahan wewenang ternyata menjumpai banyak halangan
contohnya adalah bahwa atasan sudah sempurna dan dapat mengerjakan segalanya
sendiri dengan baik, atau bawahan senang pada pekerjaan yang mudah saja.
Asas organisasi
yang keenam adalah rentangan kontrol, renangan kontrol merupakan terjemahan
dari bahasa inggris “span of control”,
“span of authority”, “span of management”, “span of supervision”. Asas rentangan kontrol maksudnya ialah
jumlah terbanyak bawahan langsung yang dapat dipimpin dengan baik oleh seorang
atasan tertentu.
Dalam rentangan
kontrol terdapat faktor yang mepengaruhi luas sempitnya asas tersebut. faktor
tersebut dikelomokkan menjadi dua yaitu Faktor Subyektif (faktor yang melekat
pada pejabatnya), dan Faktor Obyektif (faktor yang berada diluar pejabatnya).
Bila faktor subyektif dalam keadaaan baik maka rentangan kontrolnya akan luas,
sebaliknya jika faktor subyektifnyakurang baik maka rentangan kontrol akan
sempit.
Dalam rentangan kontrol
terdapat macam-macam hubungan, seperti yang disebutkan oleh V.A Graicunas dalam
rentangan kontrol dapat diibedakan adanya:
v Hubungan Tunggal
: hubungan antara atasan dengan bawahan masing-masing secara perseorangan
v Hubungan
Kelompok : hubungan antara seorang atasan dengan setiap kombinasi bawahan
v Hubungan Silang
: hubungan antara bawahan dengan bawahan yang lain
v Hubungan Total :
jumlah hubungan tunggal, hubungan klompok, dan hubungan silang.
Sebuah satuan
organisasi terdapat jenjang organisasi atau tingkat-tingkat satuan organisasi
yang didalamnya terdapat pejabat, tugas serta wewenang tertentu menurut
kedudukannya. Bertram M. Gross berpendapat bahwa “ Inti dari jenjang organisasi
adalah perbedaan antara peranan atasan dan bawahan. Peranan pejabat atau
kelompok pejabat atasan adalah berhak untuk menggunakan wewenang atas bawahan.
Bawahan sebaliknya, mengharap untuk meminta wewenang dari atasannya dan
mempertanggungjawabkan kepadanya”.
Satuan
organisasi mempunyai jumlah jenjang yang benar yaitu sependek mungkin, sebab
apabila terlalu panjang dapat menyebabkan hambatan dan penghamburan.
Macam-macam struktur organisasi dilihat dari jenjang organisasinya adala
sebagai berikutt ;
a.
Struktur
organisasi pipih ; melaksanakan jenjang organisasinya antara 2 sampai 3 tingkat
b.
Struktur
organisasi datar ; melaksanakan jenjang organisasi sampai 4 tingkat
c.
Struktur
organisasi curam ; melaksanakan jenjang organisasi sampai 5 tingkat
Untuk membuat
sebuah hubungan organisasi dapat dibuat melalui garis-garis saluran pada jejang
organisasi yang digunakan untuk melakukan hubungan menegak, mendatar, dan
diagonal. Hubungan enegak dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu menegak
keatas dan menegak kebawah. Hubungan diagonal daapat dibedakan menjadi dua macam
juga yaitu, diagonal kebawah dan diagonal keatas.
Kesatuan
perintah adalah bahwa tiap-tiap pejabat hanya daapat diperintah dan
bertanggungjawab pada seorang atasan tertentu. Garis-garis saluran perintah dan
tanggungjawab harus jelas menunjukkan dari siapa seorang pejabat menerima
perintah dan kepada siapa ia bertanggungjawab. Tidak adanya kesatuan perintah
akan menimbulkan kebingungan serta keraguan dari pejabat bawah dan juga
menimbulkan ketidakjelasan tanggungjawab.
Adanya asas
kesatuan perintah tidak menghalangi adanya para kepala dalam organisasi untuk
saling berhubungan dan juga tidak berarti bahwa kepala suatu organisasi harus
menentukan sendiri segala masalah yang dihadapi. Pelaksanaan kesatuan perintah
selalu mendapatkan halangan karena adanya anggapan “saya kepala” , “kalian
bawahan”. Keadaan seperti ini sering terdapat diantara pejabat tingkat menengah
dengan pejabat bawahan pelaksana.
Struktur
organisasi hendaknya mudah dirubah untuk disesuaikan dengan perubahan yang
terjadi tanpa mengurangi kelancaran aktivitas yang sedang berjalan. Untuk
menghadapi perubahan tersebut di perlukan adanya asas flexibilitas, asas ini
hendaknya jangan dilupakan bahwa pada waktu melakukan percobaan perubahan
jangan sampai menghambat kelancaran aktivitas yang sedang berjalan.
Suatu organisasi
juga harus dapat menyediakan berbagai sarana agar dapat melakukan aktivitas
operasinya secara terus menerus. Para pembentuk organisasi tentu mengharapkan
organisasinya makin maju dan berkembang, oleh karena itu untuk mewujudkan harapan ini pembentuk harus mempunyai
sarana-sarana tertentu seperti meningkatkan mutu kecakapan para pegawainya,
mendatangkan alat baru, dan sebagainya.
Asas kesebelas
dari asas organisasi adalah keseimbangan, maksudnya adalah bahwa satuan-satuan
organisasi hendaknya ditempatkan pada struktur organisasi yang sesuai
peranannya. Beberapa satuan yang mempunyai peranan sama penting harus ditempatkan
pada posisi yang setingkat. Satuan yang berperan penting hendaknya dijadikan
satuan utama bukannya satuan lanjutan. Satuan yang memiliki peranan menyeluruh
jangan ditempatkan dibawah satuan lain dengan tidak tepat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar